Hari Santri, yang diperingati setiap 22 Oktober, bukan sekadar peringatan, melainkan sebuah refleksi mendalam atas dedikasi dan pengorbanan santri dalam perjuangan kemerdekaan. Kiprah santri di era kemerdekaan telah menorehkan tinta emas dalam memperjuangkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa.

Di saat itulah, Hadratus Syeikh KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan sebuah fatwa yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad. Fatwa ini bukan sekadar seruan untuk berjuang, melainkan sebuah api yang membakar semangat. Resolusi Jihad menekankan pentingnya jihad fisik (perjuangan fisik) dalam mempertahankan kemerdekaan, sebuah panggilan bagi setiap santri dan umat Islam di Indonesia untuk berdiri teguh melawan penjajah dengan segala cara yang mungkin.

Resolusi Jihad Hadratus Syeikh KH Hasyim Asyari bukan hanya menggema di telinga, tetapi juga menancap kuat di hati. Ia menjadi sumber inspirasi, pendorong semangat, dan bukti nyata dari peran santri dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Memasuki era kontemporer, Indonesia berhadapan dengan berbagai tantangan yang berbeda dari masa kemerdekaan. Meski demikian, semangat jihad santri tetap menjadi obor yang menerangi perjalanan bangsa. Di tengah derasnya arus globalisasi, santri tetap berdiri kokoh, menjadikan jihad sebagai landasan untuk mengisi kemerdekaan melalui tiga pilar utama: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.

Pendidikan, sebagai salah satu pilar utama, menjadi medan perjuangan santri di era modern. Mereka percaya bahwa pendidikan adalah senjata terkuat untuk menghadapi tantangan zaman. Dengan ilmu yang mereka miliki, santri berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, yang mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, berakhlak mulia, dan berintegritas.

Dakwah menjadi pilar kedua yang tak kalah pentingnya di era kontemporer. Di tengah arus informasi yang serba cepat dan tantangan keagamaan yang semakin kompleks, peran santri dalam menyebarkan ajaran Islam menjadi semakin vital. Mereka berupaya menyebarkan esensi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, sebuah ajaran yang mengedepankan kasih sayang, kedamaian, dan kesejahteraan bagi seluruh alam.

Pemberdayaan masyarakat, terutama dalam bidang ekonomi, menjadi salah satu misi utama yang ditekankan oleh santri. Di mata mereka, kemerdekaan tak hanya dipahami sebagai pembebasan dari belenggu penjajahan, namun juga sebagai pembebasan dari belenggu kemiskinan dan ketertinggalan. Mereka percaya bahwa untuk membangun bangsa yang kuat dan sejahtera, setiap individu harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai potensi terbaiknya.

Merefleksikan tema Hari Santri, kita diajak untuk melihat kembali, menghargai, dan mengambil inspirasi dari kiprah santri. Mereka telah memberikan contoh konkret bagaimana semangat jihad dapat diwujudkan dalam bentuk kontribusi nyata bagi kemajuan negeri. Sebagai generasi saat ini dan yang akan datang, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan estafet perjuangan santri. Dengan semangat “Jihad Santri Jayakan Negeri”, kita diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor utama dalam upaya menjadikan Indonesia sebagai negeri yang berdaulat, adil, dan sejahtera.








Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *