
Hai guyss……..
Di kesempatan kali ini nih aku bakalan kasih review film yang baru aku tonton kemarin Senin, 20 November bersama guru kami Bapak Iwan Sahwandi lagi tentunya. Raya and the last dragon, sebuah Film Disney yang terinspirasi dari budaya Asia Tenggara termasuk budaya dari Indonesia.
cerita Raya and the Last Dragon dibangun dengan persatuan itu sebagai fondasinya.
Penduduk dalam semesta imaji ini tadinya bersatu, hidup berdampingan bahu-membahu bersama alam dan naga. Keharmonisan tersebut menciptakan dunia tempat tinggal yang bernama Kumandra yang udah kayak nirwana. Tapi kemunculan musuh para naga membuat mereka tercerai berai. Bukannya bersatu menghadapi musuh yang bisa mengubah apapun menjadi batu, Para penduduk Kumandra malah terpisah menjadi lima kelompok kecil yang saling memperebutkan batu mustika berisi kekuatan naga. Selama ini, batu ajaib tersebut dijaga oleh keluarga Raya. Raya akhirnya menyaksikan sendiri, dalam semangat saling curiga dan tak-percaya, batu mustika tersebut pecah diperebutkan oleh para kelompok yang ingin memilikinya untuk kepentingan masing-masing. Bertahun berlalu, Raya yang ingin mengembalikan ayahnya yang membatu, bertualang mengumpulkan pecahan batu yang tersebar, sembari berusaha mencari naga terakhir yang ia percaya masih ada untuk mengembalikan kedamaian di sisa-sisa Kumandra.
Film ini menampilkan karakter dari banyak kelompok, yang harus belajar untuk saling percaya bahkan kepada kelompok yang udah mengkhianati mereka. Ada pembicaraan soal keberanian untuk memaafkan di sini. Ada pembicaraan soal keberanian untuk memulai itu sendiri. Raya dan generasi muda di sini adalah korban langsung dari perpecahan turun temurun, dan merekalah yang menanggung sakit. Mereka yang paling pantas untuk balas dendam dan meneruskan siklus tersebut, tapi mereka juga punya pilihan untuk menghentikan semua dan menaruh kepercayaan untuk hasil yang lebih baik ke depan.

relasi yang paling memorable dan paling berkesan di film ini bagiku adalah antara Raya dengan Namaari; anak dari kelompok sebelah yang udah mengkhianati Raya berkali-kali. Rivalry dan dinamika mereka sepanjang film terasa grounded dan sangat emosional. Beban dramatis kepada Namaari dan Raya itu kerasa banget, karena sangat personal. Bagi Namaari ini adalah tugas yang dipaksakan kepadanya oleh sang Ibu; tugas yang bertentangan dengan nuraninya sendiri. Sementara bagi Raya, dia udah bertekad untuk enggak percaya lagi. Satu-satunya yang Raya percaya adalah Sisu, sang naga air yang berhasil ia temukan. Relasi antara Raya dengan Sisu dimainkan dengan lebih ringan, dan difungsikan pertama sebagai hiburan.

Dari film ini kita dapat memetik pesan bahwa dengan didasari rasa saling percaya pada satu sama lain akan menumbuhkan keyakinan dalam kemanusiaan dan rasa saling menghargai yang mana dapat mempersatukan suku bangsa yang terpecah belah. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa rasa percaya adalah salah satu fondasi utama untuk menciptakan cinta dan kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup. Dan yang terpenting adalah saling menyayangi merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan dan diberikan oleh makhluk hidup.
