
Raya and The Last Dragon adalah film animasi terbaru dari Disney yang mengambil inspirasi dari Asia Tenggara. Raya and The Last Dragon bercerita tentang seorang Putri yang ingin memperbaiki kesalahannya.
Ayahnya dikutuk menjadi batu dan Ia ingin mengembalikan ayahnya menjadi manusia setelah terkena wabah..hemmhh menurut kalian terdengar familiar tidak? apakah cerita ini seperti malin kundang? tentu saja tidak, yukkk simak kelanjutan ceritanya…..
Dengan riset yang mendalam, Disney berhasil mengambil hati penonton Asia Tenggara terutama Indonesia. Dengan menyuguhkan refrensi-refrensi gambar, gerak, dan nama nama yang familiar di telinga kita.
Tutur cerita juga dibuat sesederhana mungkin petualangan seorang tuan puteri yang sudah diceritakan ribuan kali oleh Disney, namun penonton tidak bosan karena cerita mengalir antara aksi, drama, dan humor khas Disney.

Dikisahkan, Kumandra merupakan tempat manusia dan para naga berkekuatan sihir hidup bersama dengan harmonis. Namun, muncul sebuah kekuatan jahat yang mampu meluluhlantakkan dunia tersebut. Dengan kekuatan sihir, para naga berjuang untuk menyelamatkan seisi dunia, namun hanya satu naga yang mampu menjinakkan kekuatan tersebut. Alih-alih memanjatkan syukur, para penduduk Kumandra justru berperang untuk memperebutkan roh dari naga terakhir itu. Kumandra terpecah belah di saat yang salah.

500 tahun kemudian, kekuatan jahat tersebut kembali menghampiri Kumandra. Raya tidak memiliki pilihan selain mencari keberadaan naga terakhir yang mampu menyatukan dan menyelamatkan Kumandra kedua kalinya.
6 Tahun Raya dan Tuktuk kendaraannya mencari keberadaan sisu, setelah ketempat terakhir ia menemukannya. Ternyata bukan hanya Raya saja yang mencari akan tetapi ada salah satu temannya juga mencari tentang keberadaan si sisu (naga).
Pertemuan Raya dengan naga terakhir yang bernama Sisu itu bukanlah akhir dari perjalanan atau kunci persatuan dan keselamatan dunia. Ia dan Sisu harus melewati berbagai rintangan dan pertarungan yang menegangkan. Namun, karakter riang dan lucu yang dimunculkan lewat candaan dan celoteh Sisu mampu menetralisir ketegangan di sepanjang film berlangsung. Lebih dari itu, Sisu juga banyak mengajarkan Raya tentang pentingnya kepercayaan dalam upayanya menyatukan dan menyelamatkan dunia.

“Don’t trust anyone” kata-kata tersebut menjadi pesan utama Raya kepada Sisu sesaat sebelum melakukan sesuatu, namun selalu dipatahkan oleh Sisu dengan bijak. Perlahan Raya pun merasakan kekuatan dahsyat dari sebuah kepercayaan. Berkat kepercayaan pula film ini dapat mencapai happy ending yang penuh makna. Mereka bersatu kembali dengan keluarganya dan mengembalikan kumandra seperti sebelumnya, Termasuk juga dengan Sisu yang kembali bersama keluarga naganya.

Pada visualisasi dunia Raya and The Last Dragon, sutradara Don Hall dan Carlos Lopez Estrada pun berusaha menghadirkan tampilan Asia Tenggara yang seotentik mungkin. Dibantu berbagai konsultan asal Asia, di mana beberapa dari Indonesia, mereka berhasil menampilkan pemandangan Asia Tenggara lewat barisan hutan tropis, sawah, istana-istana adat, hingga para penghuninya yang mengenakan pakaian khas ASEAN. Singkatnya, tampilan Raya and The Last Dragon tak hanya setia ke akar Asia Tenggaranya, tetapi juga indah, kaya, dan berwarna.
