Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan non formal yang memperdalam ilmu atau pendidikan agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup sehari-hari dengan mementingkan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Banyak orang tua yang memiliki pola pikir anak lulusan pesantren akan sulit mencari pekerjaan dan sulit bersaing didunia luar karena  hanya mempelajari ilmu agama dan sedikit mempelajari pengetahuan umum sehingga tidak banyak lapangan pekerjaan untuk mereka. Selain itu, orang tua juga tidak tega jika harus terpisah dengan anaknya. Padahal, pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum, tapi juga pengetahuan agama yang lebih mendalam. Kedua, dampak negative dari arus globalisasi/penggunaan internet bisa lebih dikontrol dan terlindungi. Pengawasan lebih ketat, santri hanya sewaktu waktu dapat mengakses internet. Ketiga, pesantren melatih santri untuk hidup mandiri, disiplin dan dapat bersosialisasi dengan teman-temannya. Keempat, santri terbiasa menghafal.

Pendidikan di sekolah formal di sekolah dan nilai-nilai kepesantrenan berfungsi saling melapisi dalam membentuk kepribadian siswa

Tuntutan untuk memadukan antara yang salafi (tradisional) dan yang khalafi (modern) secara otomatis akan membawa tantangan tersendiri bagi dunia pesantren. Beberapa faktor seperti perkembangan sains-teknologi, penyebaran arus informasi serta perjumpaan budaya baru dapat menggiring kecenderungan masyarakat akademik di sekolah, termasuk para santri di dalamnya, untuk berfikir rasional dan inklusif.

Pelan tapi pasti, hal ini bisa berdampak pada perubahan-perubahan yang menyangkut pola pikir dan pola hidup para santri yang mengikuti pendidikan di sekolah formal. Para santri ini secara perlahan akan bersikap progresif dan pragmatis sebagai respons atas tuntutan zaman.

Bagi sekolah formal, keberadaan pesantren dapat menjadi nilai lebih dalam rangka menawarkan alternatif model pendidikan yang sesuai kebutuhan zaman. Hal ini karena ukuran yang digunakan masyarakat dalam menilai lembaga pendidikan saat ini tidak lagi terpaku hanya pada keberhasilan dalam ilmu-ilmu umum atau modern, tetapi juga pada aspek moral dan spiritual. Komitmen untuk menyertakan ciri khas pesantren dalam proses pembelajaran di sekolah akan turut menambah harga tawar sekolah di tengah masyarakat. Dalam hal ini, sekolah membekali para siswa agar lebih siap menghadapi dan mengantisipasi tantangan global yang beragam. Oleh karenanya, sekolah perlu merawat identitas kepesantrenan di lingkungannya.

Selanjutnya, nilai-nilai kepesantrenan seperti sopan santun, kebersahajaan, kemandirian, kedisiplinan, dan istiqomah juga perlu ditonjolkan dalam keseharian di lingkungan sekolah. Sebagaimana maklum, nilai-nilai luhur tersebut terlihat jelas dari aktivitas sehari-hari para santri.

3 thoughts on “Hubungan Simbiosis Pondok Pesantren dengan Pendidikan Formal.”
  1. Perkembangan dunia pesantren dalam merespon tantangan multi-dimensional di era globalisasi berlangsung begitu cepat dan mudah diamati, terutama setelah era reformasi. Beberapa pesantren masih mempertahankan tradisi salafi dan di saat yang sama membentuk unit-unit pendidikan formal baru, seperti Madrasah Ibtidaiyyah (SD), Madrasah Tsanawiyyah (SMP) dan Madrasah Aliyah (SMA).

    Unit-unit pendidikan baru tersebut menyajikan perpaduan antara pengkajian kitab-kitab salaf dan materi pelajaran umum (modern).Pengembangan ini dimaksudkan agar para lulusan pesantren salaf dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan berkualitas serta mampu bersaing secara kompetitif dalam intelektualisme pada bidang-bidang studi umum.

    Meski demikian, sekolah formal di lingkungan pesantren ini tetap dilaksanakan tanpa meninggalkan aspek-aspek positif sistem pendidikan Islam salafi sebagai ciri khas pesantren (Dhofier: 1982). Pendidikan formal di sekolah dan nilai-nilai kepesantrenan berfungsi saling melapisi dalam membentuk kepribadian para siswa.

  2. Perbedaan mendasar antara pesantren dengan sekolah umum terletak pada kurikulum pendidikannya. Sekolah umum menggunakan kurikulum dari pemerintah. Sedangkan untuk pesantren selain menggunakan kurikulum dari pemerintah, pesantren juga menggunakan kurikulum sendiri yang lebih berfokus kepada pendidikan agama. Tambahan dari saya

  3. Dari Artikel tersebut menceritakan tentang sosok kehidupan anak pondok pesantren atau biasa di sebut dengan anak pondok. Pelan tapi pasti, hal ini bisa berdampak pada perubahan-perubahan yang menyangkut pola pikir dan pola hidup para santri yang mengikuti pendidikan di sekolah formal. Para santri ini secara perlahan akan bersikap progresif dan pragmatis sebagai respons atas tuntutan zaman.
    dinamika yang kompleks antara dua sistem pendidikan yang berbeda namun saling terkait. Simbiosis antara pondok pesantren dan pendidikan formal menciptakan kerangka yang unik di mana nilai-nilai agama dan keilmuan tradisional bersinergi dengan kurikulum sekolah formal. Artikel ini menggambarkan bagaimana pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat pendidikan keagamaan, tetapi juga menyediakan landasan moral dan kultural yang kuat bagi siswa yang kemudian dapat diterapkan dalam konteks pendidikan formal. Dengan menyelidiki keterkaitan antara keduanya, artikel ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana pendidikan dapat diintegrasikan secara holistik untuk mempersiapkan generasi yang berdaya saing dan memiliki karakter yang kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *