Hai hai haiii

Kembali lagi nihh sama mauledd, Hari ini saya akan membahas beberapa alasan GEN Z tidak ingin bekerja di bidang pertanian. Padahal bertani merupakan profesi yang menjanjikan dan bisa mensejahterakan.

Dikutip dari cnbcindonesia.com, JurnalPost dan DataBoks

Indonesia merupakan negara agraris yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian sejak zaman kerajaan masih eksis. Ironinya kini negara Indonesia kekurangan petani karena generasi mudanya enggan bertani dan memilih pekerjaan lain.

Dengan kurangnya petani maka berkurang juga lahan yang digarap serta hasil pertanian dan mengubah ketergantungan Indonesia pada sektor pertanian ke sektor lain yang lebih menguntungkan sekarang.

Bertani di Indonesia dianggap kurang memiliki peran dalam kehidupan bernegara yang padahal para petanilah yang membuat negara ini tidak mengalami krisis pangan. Generasi muda Indonesia yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 atau sering disebut Gen Z sudah meninggalkan jejak orang tua mereka dan memilih jalannya sendiri.

Mengapa demikian? Setelah diperdalam kembali nyatanya pertanian cukup pelik dilakukan karena membutuhkan modal yang besar dengan hasil usaha tani yang bisa dibilang ‘tebak-tebakan’. Jika hasil usaha tani bagus maka bisa menutupi modal yang bersumber dari hutang di bank ataupun dari pinjaman keluarga.

  • Berikut alasan – alasan yang sering dijadikan sebagai tameng generasi muda agar tidak bertani :
  • Pertama, Tidak Menguntungkan dan Cenderung Merugi, Dengan tanah yang sudah tidak subur akibat penggunaan pupuk kimia dan iklim yang mulai berubah menjadikan bertani di negara ini menjadi sulit. Penggunaan pupuk kimia yang terus – menerus yang dapat menghilangkan unsur hara tanah. Para petani tidak dapat berhenti dari pupuk kimia karena tanahnya yang memang sudah tidak sesubur dulu. Mahalnya pupuk juga menjadi beban pikiran bagi petani yang kadang hasil panennya kurang baik atau tidak laku dijual. Disisi lain pemerintah juga gemar melakukan import untuk menurunkan harga sebuah barang termasuk barang hasil pertanian yang membuat harga jual dari para petani terjun bebas.
  • Kedua, Munculnya Berbagai Jenis Pekerjaan Baru, Di era teknologi sekarang muncul berbagai jenis pekerjaan yang sesuai dengan kesenangan para Gen Z seperti Youtuber, Pro Gamer, Streamer, Trader, Programer, Desainer, Animator, dan lain – lain. Jenis – jenis pekerjaan ini diminati karena mudah dan cepatnya akses informasi ke para Gen Z yang menjadikan mereka terinfluence dan ingin mengikuti jejak para idola mereka atau membuat mereka menjadi idola. Tekanan ekonomi juga menjadikan para Gen Z mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan atau mendapat penghasilan banyak dalam waktu singkat.
  • Ketiga, Lebih Minat Ke Bidang Teknologi, Ketergantungan dengan Gadget seperti Smartphone, Laptop, Komputer, Robot mendorong Gen Z memiliki minat ke bidang teknologi yang dianggap canggih , modern, dan kekinian.
  • Keempat, Bertani Dianggap Kuno, Majunya teknologi Indonesia membuat bertani dipandang kuno oleh Gen Z karena sistem pertanian yang Sebagian besar masih memakai cara tradisional dan tak jarang menghubungkannya dengan dunia supranatural. Generasi sekarang lebih menyukai hal – hal otomatis yang tidak memerlukan tenaga yang banyak seperti menggunakan Robot, AI, dan lainnya. Menjadi petani juga tidak dihargai oleh teman – teman atau saudaranya.

Namun jika gagal atau setengah gagal maka hasil pendapatan akan habis menutupi sewa lahan (jiwa lahan bukan milik sendiri), biaya pupuk, biaya pestisida yang mahal hingga biaya lainnya.

Dikutip dari cnbcindonesia.com Jokowi mengemukakan, umur 71% petani Indonesia saat ini berusia 45 tahun ke atas, sementara yang di bawah umur 45 tahun hanya 29%. Pemerintah pun saat ini bertekad menjadikan sektor pertanian menjadi sektor menguntungkan.

Pada dasarnya ini soal pengembangan sumberdaya manusianya dan fasilitas yang memadai baik dari segi modal usaha tani, pengembangan skill yang tentunya akan menarik gen Z tertarik menggeluti bidang pertanian.

Zaman seperti sekarang bertani tidak perlu bergelut dengan lumpur, justru sekarang banyak petani berdasi yang menggunakan peralatan modern.

Tentunya akan ada banyak generasi yang ingin menggeluti bidang ini namun memang perlu digali lebih dalam.

Gen z mungkin akan tertarik dengan padi yang satu ini

Black madras atau padi hitam kini sudah mulai banyak yang menanam, dilaporkan mulai dari Aceh sampai Lampung, Jawa Barat sampai Jawa Timur dan petani di Sulawesi. Apa sebenarnya black madras ini?

Black Madras merupakan salah satu varietas padi yang dikembangkan di Jepang. Sama dengan jenis padi pada umumnya, jika padi biasa daunnya berwarna hijau maka black madras ini daunnya berwarna ungu.  Meski daunnya berwarna ungu, tetapi beras yang dihasilkan tetap berwarna putih.

Secara morfologi jenis padi ini tidak berbeda jauh dengan jenis tanaman padi pada umumnya. Namun, jika dilihat secara fisiologinya tanaman ini memiliki warna daun yang unggu kehitaman yang tentunya jauh berbeda dengan warna daun tanaman padi umumnya . Padi black madras juga memiliki struktur batang yang lebih tinggi.

Keunggulan Padi Black Madras

1. Daun yang berwarna ungu
Salah satu yang paling menarik perhatian adalah daunnya yang ungu sehingga terlihat eksotis, unik, dan berbeda. Ini juga yang menjadi daya tarik terbesar dari jenis padi ini.

2. Harga Jual yang Mahal
harga gabah ini cukup tinggi hingga mencapai Rp 600 ribu/kuintal GKP. Bahkan bila sudah dikeringkan bisa mencapai Rp 900 ribu/kuintal GKP.

3. Berkhasiat
Meski saya belum menemukan rujukan yang shahih, padi ini juga bermanfaat bagi kesehatan jantung, penyakit kelebihan gula atau diabetes, dan dapat digunakan sebagai bahan kosmetik.

4. Umur Lebih Pendek
Dibandingkan dengan varietas lainnya seperti Ciherang, black madras memiliki usia panen lebih genjah sekitar 85-95 hari. Berikut perbandingan beberap usia padi varietas lokal :

  • Sertani 14 (MSP 14) : 80-90 HST
  • Sertani 13 (MSP 13) : 80-90 HST
  • Black Madras : 85-95 HST
  • Cisoga : 85-95 HST
  • Lorry Adem Ayem : 100-110 HST
  • Petani Mandiri 01 (PM 01) : 100-110 HST
  • Rojolele Genjah (ROLE) : 85-95 HST
  • Padi Hitam: 85-95 HST
  • Gandaria : 100-110 HST
  • Situbagendit : 80-90 HST
  • Ketan Kuning : 85-95 HST
  • Komojoyo : 100-110 HST
  • Arjuna : 100-110 HST
  • Kabir 01 : 100-115 HST
  • Kabir 07 : 100-115 HST
  • Semprol : 100 HST
  • Sertani 8 : 100 HST
  • Toyo Arum : 100 HST
  • Sertani 9 : 100 HST
  • Japonica : 100 HST
  • Parikesit : 95-105 HST
  • Ketan Hitam
  • Beras Merah
  • Pendok : 85-95 HST
  • Sintanur : 90-100 HST
  • Pandan Wangi : 90-100 HST

1. Varietas : Black Madras Rice

2.Habitat : Sawah dan Gogo rancah
3. Tinggi tanaman : 16 inchi
4. Lebar tanaman : 8 inchi
5. Warna daun : Ungu, hijau, dan penggabungan
6. Resistensi : Toleran kekeringan dan kelembaban
7. Ketahanan : Tahan bakteri dan jamur tropis
8. Rata-rata hasil : 6 – 7 ton/ha
9. Daun bendera : Tegak dan tahan rebah
10. Tekstur nasi : Agak pulen
11. Kerontokan : Sedang
12. Kadar amilosa : not description
13. Posisi malai : Terlindung daun bendera
15. Warna bulir : Kuning bersih
16. Warna beras : Putih umum
18. Daya kecambah : 80 %
19. Usia tanaman : 110-115 hari (85-95 hst)

Perawatan padi ini sama seperti padi biasa, yang membedakan hanya pada daun yaitu berwarna gelap keunguan, bentuk gabah jenis IR, dan warna nasi putih bersih.

Yang harus diperhatikan dalam budidaya padi jenis Black Madras ini adalah kewaspadaan terhadap serangan hama dan penyakit. Jangan sampai sampai menimbulkan masalah dikemudian hari terhadap ledakan penyakit yang masih tersembunyi.

Nah itu dia beberapa informasi yang dapat saya sampaikan. terima kasih kepada para pembaca yang sudah mampir. Bila merasa ada kekurangan dan kesalahan, saya meminta maaf karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.

3 thoughts on “MENGAPA GEN Z TIDAK BERMINAT UNTUK BERTANI, PADAHAL ADA JENIS PADI BLACK MADRAS YANG MENCURI BANYAK PERHATIAN”
  1. Informasi yang menarik untuk kita kembangkan dengan cara tekhnologi pertanian modern dan bisa menjadi solusi untuk anak muda kembali menyukai bidang pertanian

    1. hai hai haiii penulisssss, artikel kamu sangat menarik sekali. Bisa nih untuk dicoba dan di kembangkan melalui alat alat dan teknologi yang canggih (moderen). Pasti para generasi muda (gen Z) akan menyukainya dan mulai mencobanya.
      Dari kurangnya minat Generasi Z dalam bertani, terdapat potensi seperti jenis tanaman padi Black Madras, sangat menarik. Fenomena ini mencerminkan pergeseran preferensi karier dan gaya hidup di antara generasi muda, yang cenderung lebih tertarik pada bidang-bidang teknologi dan kreatif daripada sektor pertanian tradisional. Namun, informasi tentang tanaman padi Black Madras dapat menjadi titik awal untuk mengubah persepsi Generasi Z terhadap pertanian. Penting untuk meningkatkan kesadaran akan potensi dan manfaat pertanian modern, serta menawarkan inovasi dan teknologi yang menarik bagi mereka. Dengan pendekatan yang kreatif dan edukatif, kita dapat menginspirasi Generasi Z untuk berpartisipasi dalam pertanian dan mendorong keberlanjutan sistem pangan di masa depan.

  2. “Saya rasa padi varietas ini cukup menguntungkan untuk ditanam, menimbang dari harga benih, waktu tanam, dan ketahanannya terhadap serangan hama seperti tikus dan wereng,”

    Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Khadariyanto, Jumat mengemukakan, ia dengan anggota lainnya mencoba budi daya padi ini.
    “Padi jenis ini bisa menjadi alternatif bagi yang tidak terlalu suka dengan beras merah yang saat ini sudah beredar di pasaran. Terlebih sangat cocok bagi penderita diabetes pula,” katanya di Kediri.
    Ia menyebut, padi ini baik untuk penderita diabates karena kandungan gula yang rendah.
    “Kandungan gula yang rendah dari varietas padi ini sangat relevan dengan pola perilaku masyarakat yang belakangan ini lebih memilih menu-menu sehat untuk mencukupi asupan nutrisi mereka,” kata dia.
    Padi varietas ini, kata Khadariyanto baru ditanam oleh kelompok tani yang dipimpinnya. Dirinya juga mengklaim varietas ini juga baru ditanam di Kota Kediri.
    Selama masa tanam, ternyata ada perbedaan dengan padi varietas lain yang masa tanam varietas “Black Madras” ini ternyata lebih singkat.

    “Ternyata masa tanam tidak sampai 100 hari, antara 75-80 hari sudah bisa dipanen. Relatif lebih cepat dibandingkan jenis-jenis padi yang lain,” kata dia.

    Selain itu, ia juga mengatakan penampilan dari padi jenis ini pun juga berbeda dengan yang lainnya.
    “Cukup mencolok, daun dan batang padinya didominasi oleh warna ungu gelap kehitam-hitaman sesuai dengan namanya, namun untuk bulir padinya tetap berwarna putih,” ujar dia.
    Untuk saat ini, luas lahan yang digunakan untuk budi daya padi varietas itu adalah 30 ru (421,95 meter persegi). Untuk luas tanam itu, Khadariyanto menebar benih sebanyak 2 kilogram. Harga padi ini dibelinya Rp50 ribu.

Tinggalkan Balasan ke Muna Waroh Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *